Pada umumnya keris Tuban dibuat dengan dhapur lurus atau tanpa luk/lekukan dan kebanyakan dhapur “Tilam Upih” dan kadang-kadang “Kebo Lajer” atau dhapur keris lurus lainnya, kecuali untuk dhapur tombak yang malah kebanyakan dijumpai dengan dhapur berluk 7, 9 dan 11. Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika. keris pusaka bonang rinenteng yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan. Sementara itu, hubungan diplomatik antara Kesultanan Mataram dan Kesultanan Gowa yang telah dibangun oleh Sultan Agung akhirnya merenggang. Amangkurat I menolak utusan Gowa dan meminta Sultan Hasanuddin sendiri untuk datang ke Jawa. Sempat beberapa lama raja naik gajah, kemudian berganti naik tandu.
Sedangkan di belakang Masjid adalah jalan protokol Diponegoro kota Tegal dan Kampung Kauman, Kelurahan Pekauman yang menjadi salah satu basis etnis Arab di kota Tegal. Setiba di Jagabaya, Sunan mendengar kabar bahwa Pangeran Puger dan Pangeran Singasari berhasil keluar dari Mataram. Keduanya membangun benteng pertahanan di wilayah tersebut. Tetapi, kata de Graaf, penerimaan mereka terhadap ayahnya begitu dingin. Perselisihan dalam keluarga di masa lalu rupanya masih terbawa, meski mereka tengah menghadapi kesulitan seperti itu. Gaya dan pasikutannya mirip dengan buatan Demak, Tuban dan Majapahit.
“Selama perjalanan, raja yang sudah tua itu jatuh sakit. Di Banyumas terpaksa beristirahat selama tiga hari. Akhirnya orang tua yang sudah beruban itu pun meninggal di Wanayasa atau Ajibarang, yang letaknya berdekatan,” ungkap de Graaf. Saat ini pun di perpustakaan keraton masih banyak sumber yang dapat menjadi referensi, baik buku-buku bahkan contoh keris berserta kekancingannya. Tepat di depan masjid adalah Alun-alun Kota Tegal, sebuah ruang publik yang digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat kota Tegal. Seringkali alun-alun digunakan sebagai tempat tambahan untuk menampung jamaah Masjid dikala hari-hari besar, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Namun demikian ’ilmu tangguh’ harus tetap dipertahankan keberadaannya, kepercayaan pada sesepuh akan bergeser pada sertifikasi suatu badan bahkan mungkin institusional berskala nasional. Pamor dari keris Tuban memiliki istilah “Ndeling”, yaitu warna besi terdiri dari tiga warna yaitu hitam, putih keruh dan putih mengkilat. Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris. Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara cermat ribuan bilah keris.